kata-kata mutiara

Presiden Soekarno mengatakan :
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah!"
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya"

Presiden John Fitzgerald Kennedy mengatakan :
"Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu."

Senin, 10 Oktober 2011

LAWANGAN HISTORY PART IV


SEJARAH KEPERCAYAAN KEHARINGAN LUANGAN

Sejarah Daerah REGAN TATAU MENTELEDOK LOYANG DANUM

Daerah ini terdapat perantaraan KEPALA SUNGAI TALAKE, anak sungai PASIR dan dekat kepala sungai TOYEP anak sungai TABALONG KIWA, serta PEDUSUNAN ini boleh yang terbesar pada jamannya, sebelum adanya RAJA.  

Dikarenakan tempatnya sangat luas maka dengan sendirinya penduduknya menjadi banyak, serta adat dan kepercayaan bercorak ragam, sesuai kepercayaan masing-masing.  

Dengan adanya adat/kepercayaan ini bagi pihak SUKU KEHARINGAN LUANGAN . Masing-masing dipegang oleh :  

a.Adat Istiadat, awalnya dipegang oleh SERUNAI SOONG BUEN (seorang laki-laki) lalu diteruskan oleh KAKAH MANGBULU  

b.Kepercayaan Tuyo Amal, dipegang oleh PUTI SONGKONG(DATU PUTI SONGKONG) yang bergelar APAR BULAU ULING LANGIT

Kepercayaan ini tetap dijalankan sesuai dengan perintah dari LEWIN LANGIT semenjak mereka berpisah dengan LEWIN TANA.

Semenjak adanya Pedusunan REGAN TATAU inilah maka timbul HUKUM , ADAT dan AMAL KEPERCAYAAN yang dibentuk dan diterapkan untuk mengurus segala Hukum dan Adat.

Diangkatlah Mantir-Mantir (Penghulu) untuk meneliti dan memperhatikan keadaan di dalam
kampungnya supaya menangani :

a. Soal adat dan hukum perihal Perkawinan  
b. Soal adat dan hukum perihal Belian-Belian
c. Soal adat dan hukum perihal Kematian

Turunan sejarah
Belian Bawo terdapat dari, yang diteruskan oleh laki-laki yakni dari nama NALAU
bergelar MA SUMPING NGOYAU BAWO sedangkan belian perempuan SENSI NE SENSAN.
Diteruskan oleh muridnya bernama TOJE TAMUN TELEW.

Kepercayaan Hindu Keharingan Luangan dibawakan oleh DATU SONGKONG yang bergelar APAR BULAU ULING LANGIT. Sesuai dengan perintah LEWIN LANGIT sejak perpisahan mereka setelah terjadinya langit dan bumi, semenjak itu  DATU PUTI SONGKONG meneruskan ajaran-ajaran kepercayaan Hindu Keharingan Luangan dan selanjutnya ajaran kepercayaan ini diteruskan oleh AYUS, INTONG dan TIA PELULE.
Memperhatikan bahwa pedusunan REGAN TATAU telah maju lalu mereka membawa ajaran dan kepercayaannya ke daerah KAYUNTANGI oleh AYUS, INTONG dan TIA PELULE beserta rombongannya. Kemudian mereka mengadakan pembangunan dan langgar  amalnya.
TIA PELULE meneruskan perjalanannya.
Kemudian KAKAH UKOP menyusul mereka dari daerah REGAN TATAU, dan terus bertempat tinggal ke daerah PASIR KENILO wilayah Kalimantan Timur, dan dari situlah  dia ingin mencari dimana letak sebenarnya pinggir dunia, maka berangkatlah dengan memakai WETA atau BENAWA LAYAR.
Selama melakukan perjalanan, sering mengalami masalah yakni telah delapan kali mengganti dan memotong tiang layarnya. Makin jauh perjalanan makin sempit jarak antara langit dan permukaan air laut, ternyata sampailah Kakah Ukop pada suatu daratan dimana terlihat olehnya jejeran Tihang Langit dan melintanglah Pinggir Dunia. Dalam bahasa Luangan : PALIT JEREJEK LANGIT-PETENG BENTURAN TANA. 
Kakah Ukop dalam perjalanannya ditemani oleh saudara kandungnya yakni adiknya. Karena kuasa Sang Kuasa ALLAH TA'ALLA maka naiklah Kakah Ukop ke daratan tapi adiknya tetap tinggal dalam Benawa. Nama adik Kakah Ukop adalah si USING.
Tetapi sial bagi Kakah Ukop ketika dia membatalkan niatnya untuk naik kedaratan lalu memanggil adiknya akan tetapi  yang dipanggil tidak menyahut maka menolehlah Kakah Ukop kebelakang Benawa ternyata adiknya tidak berada ditempat.
Menolehlah dia keatas, ternyata adiknya sedang bermain-main dengan orang-orang disebelah tihang-tihang. Lalu Kakah ukop mengambil tindakan untuk naik kedaratan agar dapat mengambil dan meminta adiknya.
Karena kekuasaan Yang Maha Kuasa Allah Ta’alla maka adiknya diserahkan kepada orang yang ada disebelah tihang langit tadi, ternyata adiknya sudah tidak bergerak dan bernapas.
Kakah Ukop bangkit amarahnya dan mohon adiknya dikembalikannya, maka setelah diterima oleh orang dari sebelah ternyata bisa lagi bermain dan hidup seperti semula.

Maka melihat hal demikian, dipintanya lagi adiknya mengingat dia ingin kembali ke tempat semula, maka diberikan oleh orang kembali adiknya tenyata keadaan tetap seperti semula lagi atau tidak bernapas maupun bergerak, kejadian telah berulang kali maka ada selentingan suara dari dalam yang mengatakan bahwa adikmu tinggal saja dengan kami, dan ambillah barang ini sebagai pengganti jiwa adikmu.
Maka Kakah Ukop lama berpikir, dibawa adiknya tapi tetap tidak berdaya, jadi keputusannya diambilnya barang berupa peti besi segi empat itu dan adiknya diberikan kepada mereka.
Setelah peti besi itu diterima oleh Kakah Ukop, berpesanlah orang dari sebelah dan mengatakan kepada dia, peti ini jangan dibuka olehmu sebelum sampai ke tempatmu.
Dengan perasaan sangat cemas Kakah Ukop kembali dengan alat-alat yang dibawanya, disertai tanda tanya memenuhi pikirannya, apa yang sebenarnya didalam peti besi ini.
Lama-kelamaan sampailah dia pada daratan, entah dimana Kakah Ukop masih belum mengetahui dengan jelas, bangkitlah dia dengan membawa peti besi itu beserta gong. Dalam keadaan yang sangat letih, beristirahatlah dia untuk melepas lelah lalu teringatlah dia akan peti besi itu tetapi lupa akan isi pesan dari orang yang memberikannya, karena menurut perasaan Kakah Ukop, dia telah sampai ke tempat asalnya maka peti besi itu dibuka ternyata keluarlah berduyun-duyun bercorak ragam manusia dari dalamnya. Dia meneliti tempat itu ternyata masih belum sampai pada tempat asalnya. Langsung peti itu ditutup kembali dan meneruskan perjalanan menuju daerah Pasir Kenilo. Nama tempat dimana Kakah Ukop membuka peti itu adalah KAYUN TANGI.
Setelah sampai di daerah Pasir Kenilo, dicobanya membuka peti besi itu tetapi tidak dapat dibuka sama sekali. Karena usaha membuka peti besi itu tidak berhasil maka Kakah Ukop menyumpah, yang isi sumpahnya dikatakan bahwa orang dari daerah Kayun Tangi boleh berusaha atau bermata pencaharian di daerah Pasir Kenilo tapi tidak boleh membawa pulang hasilnya yang artinya habis dimakan ditempat berusaha itu sendiri sebab daerah Kayun Tangi sudah cukup banyak orangnya.
Pada akhirnya Kakah Ukop menjadi raja di daerah Pasir Kenilo, kemudian Kakah Ukop menanam kayu di gunung. Antara pohon kayu itu ternyata hanya ada satu pohon. Sehingga kayu tersebut menjadi dua warna daunnya, yang sebelah agak kecil daunnya dan yang sebelah daunnya agak besar.
Demikian sejarahnya orang yang berusaha ke daerah Samarinda tidak menjadi berhasil dengan utuh.
Itulah sejarah dan kisahnya, tamatlah riwayat Kakah Ukop. 

dilanjutkan dengan SEJARAH AYUS, INTONG DAN TIA PELULE

LAWANGAN HISTORY PART III


ORANG LUANGAN/ LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH 

Pada waktu itu disebutkan Bentar Ruang Opat(sesanggan/wadah dari bahan kuningan) dan Mansi Bura Lumah (mangkok putih dan piring putih); kode iro naan URAN WALO OLO WALO MALEM = hujan delapan hari delapan malam kode iro dinaan na utus Owa
Langit., maka nabi Nuh mempunyai BENAWA = BAHTERA untuk dipakai oleh orang-orang yang mengikuti dia sampai tertinggal di Gunung Sinai. Maka perahu kepunyaan orang Luangan mengikuti banawa nabi Nuh atau mengikuti perahu si SOONG ANJANG TIONG MANARUNG TELANG BULAU, Kemudian kode iro Bawu Buyung hanya ketore kojie lutuk bawui lembu, leko iro dali balalu mengadakan Balian KASARUNG JATUH, supaya DANUN LAYAP LANGIT = kebanjiran sampai ke langit menjadi surut.
Para Balian ini terdiri dari 4 orang bersaudara, Iyu na kepalai enu dali opat manni aran dali :
1. SOONG ANJANG TIONG
2. NGERANG TIMANG 
3. NGAYUN BUEN
4. SOANG NYALIR LANGIT 
Karena ”hujan delapan hari delapan malam” belum juga surut maka dilakukanlah BALIAN oleh 4 orang saudara ini tetapi air belum juga surut-surut dan langit belum juga terangkat lalu datanglah seorang lelaki bernama NALAU KAYUN KULANG nama lainnya MA’ SUMPING NGUNJAU BAWE ULEK DA BELUH katanya aka kam hanya Baliana a da iro sulet ke Lengun Langit suba kam ngenu Bentar Ruang Opat enu kam ali Kumpai wai ali Bungu rio Mupun eyu berbentuk Bura Lemit Mea Metum dan Jereu sebab iro di Danum tau takui langit tau baluwas leka tangku langit iro ege da luyang Danum Pentuer Danum iro ege da Jawan ulu iro naan na ulek Owa Langit kelem dali ngenu kawan iye na ulek iro dehtai biru. Balalu Jawan Ulu tangkeng Toto Loyang Danum tandong toneng toto bungu rio mumpun Njanteau kumpai owai leka orot nenung iro tongkou langit terou lapas daluyang Danum Pentuer danum toro lapas da Jawan Olu leka iro danum surut langit mengkat magin mongkat sehingga langit dan tanah kembali seperti semula, itulah kisah sejarah=Sentume Sepuri “kebanjiran sampai ke langit dan  Balian” 

Setelah air surut,perahu orang Luangan bersandar di beberapa tempat, yang ada buktinya perahu kepunyaan orang Luangan ini di BAWO KINSO atau di hulu sungai TABALONG KIWA. Orang-orang Luangan pada waktu itu ada juga yang memakai PARING BATUNG TEMIANG yang tertinggal di Gunung LANSI di daerah KOTAM kecamatan POTANGKEP TUTUI. 

Kemudian 4 orang saudara tersebut membentuk 8 buah kampung, selalu menuturkan kisah diatas secara lisan disalurkan terus menerus, sambung menyambung dari mulut ke mulut. Dan mulai hidup berkelompok serta melakukan kegiatan beramal atau beribadat di TANJUNG RUANG DATAI LINO. Mereka berkembang sehingga memiliki banyak corak dan ragam sampai berakhirnya riwayat daerah itu.

Kemudian tumbuh kelompok masyarakat di daerah terusan BENTAS BULAU (Dusun Tengah-Ampah), mereka kembali melakukan kegiatan
beramal atau beribadat dan membangun Langgar Tuyo Amal agama Hindu Keharingan Luangan. Kegiatan mereka dipimpin oleh yang bernama Kakah Tena selaku penyambung dan penyalur dari nama Mangendang, dikarenakan sesuatu hal menimpa masyarakat
ini maka pindahlah mereka ke daerah  SARAP RUANG di lembah Gunung Kesali. Di situlah mereka kembali melakukan kegiatan
beramal dan beribadat. Kepemimpinan dari Kakah Tena diteruskan oleh keturunannya, seorang perempuan bernama Nerin Bulau. Kelompok masyarakat ini berakhir riwayatnya di LIANG AYAH (Dusun Tengah-Ampah).

Kemudian penerus Kakah Tena membangun kembali kelompok masyarakatnya serta kegiatan beramal dan beribadat, ditumbuhlah di
daerah Kalimantan Timur, di wilayah sungai Kenesi. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh Temanggung Mangunsi pada masa raja-raja/sultan-sultan, sampai berakhir riwayatnya di daerah KENESI.

Kemudian tumbuh lagi di daerah LOPO (wilayah Barito Utara-sungai Muara Teweh), kelompok masyarakat penyambung dari Temanggung
Mangunsi. Mereka dipimpin oleh Ma Nampui sebagai pelaksana Tuyo Amal agama Hindu Keharingan Luangan. Sampai berakhir riwayatnya di daerah ini.

Kemudian tumbuh lagi di daerah MUARA UON anak sungai LUANG (daerah Gunung Purei) yang dipimpin oleh Mayan dengan nama gelar
Ma Asin....

Kemudian tumbuh lagi di daerah TURAN REKET (Dusun Tengah-desa Rodok) dipimpin oleh Lena dengan nama gelar Ma Belusuh di sungai
Gerunggung, anak sungai Tuyau Lelai Ue.....

Kemudian tumbuh lagi di daerah TUYAU (anak desa Rodok) dipimpin oleh Rintis dengan nama gelar Ma Kea........

Kemudian tumbuh lagi di daerah MISIM BENIAN (Dambung Doroi-Dusun Tengah-Ampah) dipimpin oleh Jamban dengan nama gelar Ma Tajur.......

Kemudian tumbuh lagi di desa Rodok dipimpin oleh Reras bin Isal.

dilanjutkan dengan kisah SEJARAH KEPERCAYAAN HINDU KEHARINGAN LUANGAN

LAWANGAN HISTORY PART II


SENTUME DIAN NA'AN MERENSIA = SEJARAH ASAL MULA MANUSIA

Setelah terjadinya Bumi dan Langit, ternyata ada sisa dari pekerjaan Sengkereang Sengkerepang tadi yakni tanah sebesar satu genggam dan langit sebesar satu genggam, lalu diciptakan oleh Maha Kuasa Allah Ta' Alla  seperti gambaran tubuh manusia yang belum dapat bergerak dan bernapas sebanyak 2 orang.
Setelah jadi gambaran manusia itu, maka Maha Kuasa Allah Ta' Alla memasukkan roh-Nya kepada kedua orang gambaran manusia itu, mulailah keduanya dapat bergerak dan bernafas, ternyata keduanya laki-laki semuanya, dan dapat berbicara serta menyebut namanya masing-masing.
Yang berasal dari tanah namanya LEWIN TANA dan yang berasal dari langit namanya LEWIN LANGIT.
Setelah mereka memiliki nama lalu mereka mengucapkan SENGKEREROTUS kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia kira-kira artinya 'pantun Teka-Teki' atau kira-kira dalam bahasa Ma'anyan artinya 'Pinay' :
"KULAT URE KULAT TUHA ali OSI BAWE OSI SOONG"
lalu jawab LEWIN TANA :
"MATE TIYA, MATE TUHA ali MATE BAWE MATE UPO"
rupanya LEWIN TANA salah menjawab, harusnya:
"TIA-TIA, TUHA-TUHA, UPO-UPO, BAWE-BAWE"
kalau di Indonesiakan :
"MUDA-MUDA, TUA-TUA, LAKI-LAKI, PEREMPUAN-PEREMPUAN"
Itulah maksud si LEWIN LANGIT, lalu mereka membuat kesepakatan, bila LEWIN TANA ingin bertemu dengan saya kata si LEWIN LANGIT, demikian kamu katakan :
"TUNTUNG JEMU LEONG OLAU LIO ALI NO'OK ARAN A'AP".
Kalau di Indonesiakan artinya :
"Buatlah oleh mu dupa dan hidupkan, lalu tuangkan oleh mu minyak bersih (minyak kelapa) kemudian panggillah nama saya, dan semampunya saya menolong dan membantumu".
Karena rasa kasihnya si LEWIN LANGIT kepada si LEWIN TANA sehingga diberilah oleh si LEWIN LANGIT buah TUO BUROK kepada si LEWIN TANA.
Maksud pemberian dari si LEWIN LANGIT agar buah itu dimakan oleh si LEWIN TANA tetapi tidak kesampaian maksud hati si LEWIN TANA buah pemberian tersebut hanya dicubitnya saja, diusapkan kekepalanya dan kerambutnya.Disitulah awal terbentuknya kuku, walau dipotong tetap akan muncul demikian juga dengan rambut,walau dicukur tetap bisa panjang.
Lalu LEWIN TANA melaksanakan apa yang dikatakan LEWIN LANGIT, agar mendapat seorang perempuan.
Setelah mendapat seorang perempuan maka LEWIN TANA membawanya pulang ke dalam rumah. Lalu nama LEWIN TANA berubah nama menjadi SEMPIRANG LA'ANG.Kemudian seorang perempuan yang dibawanya tadi diambil menjadi isteri. Setelah beberapa lama mereka berkumpul dalam satu rumah. Hamil lah perempuan itu. 
Karena dilihatnya perempuan itu telah hamil maka oleh SEMPIRANG LA'ANG dilarang pergi kemana-mana atau pergi turun ke tanah, perempuan tadi atau isterinya itu diberi nama APE BUNGEN TANA. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, berangkatlah SEMPIRANG LA'ANG mencari nafkah ke TANA OLUNG OLAU tetapi larangan-larang yang diucapkan oleh SEMPIRANG LA'ANG tidak diingat atau diindahkan oleh APE BUNGEN TANA.
Semenjak ditinggal olehnya,  isterinya  turun ke tanah dan melahirkan di bawah tangga dan ternyata suaminya melihat apa yang telah terjadi itu, mencari APE BUNGEN TANA kemana-mana hanya setumpuk tanah dibawah tangga.
Meneliti kejadian ini maka SEMPIRANG LA'ANG meminta petunjuk dari Maha Kuasa Allah Ta' Alla
dan menerima wahyu dari-Nya. Kata Maha Kuasa Allah Ta' Alla : "hai, SEMPIRANG LA'ANG.tutuplah olehmu tumpukan tanah yang ada dibawah tangga itu dengan UYUNG, selama sembilan bulan sembilan hari. Setelah itu baru bisa dibuka olehmu. Dan apa yang diperintahkan oleh Maha Kuasa dilaksanakan oleh SEMPIRANG LA'ANG.
Setelah genap sembilan bulan dan sembilan hari lalu SEMPIRANG LA’ANG membuka UYUNG tersebut dan ternyata ada seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan, melihat kejadian tersebut anak kecil itu dibawa dan dipeliharanya.
Singkat cerita, seiring waktu perjalanan hidup anak kecil tumbuh menjadi perempuan dewasa dan diambillah perempuan itu menjadi isterinya lalu diberi nama TEBILUNG UYUNG.Sejak itu nama SEMPIRANG LA’ANG berubah menjadi SERAKIN PINANG. Sepasang suami-isteri tersebut memperanakkan 41 orang. Hidup mereka hanya memakan tanah OLUNG OLAU yang setiap hari dibawa SERAKIN PINANG dan TEBILUNG UYUNG. Karena setiap harinya mereka berdua melakukan itu, maka mereka menemukan KULAT LAMBAT BAYAN di sebuah gunung dan lansung dibawa oleh mereka berdua untuk dimasak menjadi  makanan yang dinamakan SATU JAHAU JAJAU LA’ANG.
Dibawalah makan itu kepada  anak-anaknya. Setelah mereka memakan makanan itu, mereka menjadi mabuk dan ke 41 anaknya seperti tidak memiliki perasaan lagi, seakan merasa sehat. Anak yang paling tua selalu berbicara dan berkata-kata menurut ragam bahasa ibu dan bapaknya.  Dan saudara-saudara lainnya berbicara dalam berbagai macam bahasa.  
Anak yang pertama memakai bahasa ibu dan bapaknya yaitu membaca bahasa Lawangan atau Luangan.
Itulah sejarah asal mula manusia dan bahasanya yang dipergunakan sampai sekarang.
Jadi diantara mereka itu ada yang sama bahasanya dengan TEBILUNG UYUNG dan SERAKIN PINANG adalah anak mereka yang paling tua bernama KAKAH ONGAP LIANG yang tetap menggunakan bahasa Luangan atau Lawangan sampai sekarang ini.
Riwayat KAKAH ONGAP LIANG memperanankan/memiliki keturunan yang bernama REWA LIANG, kemudian REWA LIANG memperanakkan TEMPUK GELUNG.
TEMPUK GELUNG beristeri dengan LOLANG LEOY. Mereka memiliki keturunan 8 orang anak, yakni :
  1. TAMPUNG GELUNG...
  2. LOLANG LEOI...
  3. DATU SURE...
  4. DATU NENENG LIANG...
  5. DATU SELEPUPUNG...
  6. DATU NENENG OHAN....
  7. DATU MAYAR URUI....
  8. DATU RENTUOY OLLO ....


Selesai kisah ini dilanjutkan dengan :
ORANG LUANGAN/LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH

LAWANGAN HISTORY PART I


SEJARAH SEBELUM ADANYA LANGIT DAN BUMI

Pertama; Itak Diang Rongaweng, Kakah Diang Rongaweng
di ngurai
Kedua; Itak Empong Ponon, Kakah Empong Ponin
di ngurai
Ketiga; Itak Seriga Tongo, Kakah Seriga Tongo
di ngurai
Keempat; Itak Seriga Alam, Kakah Seriga Alam
di ngurai
Kelima; Sengkereang,Sengkerepang

Pada waktu itu bumi ada sebesar sulau, langit sebesar pisis. Tai Munan utek Naga Haji ali, tai munan utek Naga Burung; diatas kepala Naga Haji dan diatas kepala Naga Burung.
Sedangkan dunia dan langit harus ada, jadi Maha Kuasa (Allah Ta' Alla) menyerukan dengan nama AYAN TAMUN TUNRAN TUNTUT TAMUN AUN, BEYEYE TAMUN TUYO, maka mendengar demikian mereka bertiga bermufakat, yakni mengumpulkan dan serta membawa bahan-bahan apapun yang dapat diambil demi untuk menambah tanah dan langit yang ada. Dengan bahan-bahannya terdiri dari LAMPUNG KUIT, LAMPUNG KUDAU, LAMPUNG SENDRI, LAMPUNG SENDRAK.
Dengan pembagian tugas pekerjaan masing-masing sbb:
1. Tuntut Tamun Aun adalah menyanggupi menjadi Tukang angkut keseluruhan bahan-bahan yang telah tersedia oleh kedua kawannya yakni:
2. Ayan Tamun Tunran dan Beyeye Tamun Tuyo
Setelah kesemua bahan tersedia oleh ketiga bersaudara, maka selanjutnya mereka memberitahukan pada Allah Ta' Alla, langsung Maha Kuasa Allah Ta' Alla memberi wahyu kepada SENGKEREANG SENGKEREPANG untuk mengolah dan menjadikan bahan itu, maka langsung dikerjakan oleh Sengkereang Sengkerepang dan menempa benda yang berupa tanah.
Setelah beberapa kali ditempa tanah tersebut ternyata tanah tersebut tidak dapat bersatu. Melihat hal demikian maka Sengkereang Sengkerepang memberitahukan kejadian itu kepada Allah Ta' Alla. Maka diperintahkan oleh Allah Ta' Alla kepada Sengkereang Sengkerepang; tangkaplah olehmu ikan LONGKINGMONENG dan ikan SELEGIGIN LANGIT, dan dipotong kemudian ambillah darahnya, tumpahkan darah ikan itu ke tanah yang kamu buat, diaduk dan baru ditempa olehmu, lalu dagingnya kamu makan berdua. Sempurnalah tanah itu sampai sekarang.

dilanjutkan dgn kisah
SEJARAH LAWANGAN BAGIAN II- SENTUME DIAN NA'AN MERENSIA

PUTERI MAYANG SARI DI SANGARASI


Dari kisah sebelumnya maka timbul pertanyaan mengapa seorang Sultan/Raja sampai rela memberikan puteri yang dikasihinya kepada Uria Lan'na (ehm..hebat sekali Uria Lan'na ini..).Ada beberapa faktor yang melandasinya walau sedikit-sedikit berbau politik. sbb:
1. Menjaga keutuhan seluruh wilayah kekuasaan dari kesultanan Banjar
2. Menghindari persatuan yang rusak dengan orang-orang dari Lasi-Muda (khusus orang Ma'anyan)
3. Menghormati hukum Adat Ma'aanyan dengan melakukan Bayar Adat Bali
4. Menjaga kelansungan dari kepemimpinan di daerah Lasi-Muda dan sekitarnya dan pemerintahan Kesultanan Banjar secara umum.
5. Agar Puterinya memiliki kekuasaan di daerah atau wilayah masyarakat Ma'anyan sebab tidak mungkin dapat berkuasa di lingkungan keraton Banjar dikarenakan statusnya adalah anak dari isteri kedua Sultan.
Puteri Mayang Sari senang sekali tinggal di daerah Sangarasi, hal ini dinyatakan pada tahun 1603 pada saat dilakukan pertemuan para Patih dan Uria, Mantir, Pangulu dan tua-tua kampung untuk mendengar dan meneriman pengarahan dari beliau.
Petunjuk yang diberikan adalah mengenai tugas dan kegiatan yang harus dilakukan oleh para pemimpin masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan lapisan masyarakat diwilayah kekuasaan dari Puteri Mayang Sari. Hal ini dilakukan olehnya berhubung daerah Sangarasi merupakan tempat tinggal yang baru bagi dirinya, walaupun pada saat itu dia belum memegang tampuk pimpinan secara penuh di daerah Sangarasi, karena Uria Lan'na masih menjadi tampuk pimpinan 1595-1604. Akan tetapi penyusunan struktur pemerintah mulai dirintis olehnya. Sebab pemerintahan dan pembangunan dan kemasyarakatan menjadi tanggung jawab daerah masing-masing (kalau istilah kerennya disebut Otonomi Daerah) terlepas dari pengawasan Kesultanan Banjar.
Puteri  Mayang Sari menjadi pemimpin didaerah Sangarasi 1604-1615 menggantikan Uria Lan’na. Setiap akhir panen didaerah Sangarasi puteri Mayang Sari selalu mengadakan peninjauan keberbagai desa untuk melihat hasil panen yang diperoleh seluruh anggota masyarakatnya. Karena meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat merupakan salah satu tugas pokok pemimpin daerah. Dan pada setiap awal musim menanam padi puteri selalu berpesan kepada warganya agar dapat menanam padi yang bisa tumbuh didaerah kering (tegalan), juga memperkenalkan cara bertani yang lebih maju daripada sebelumnya. Hal lain yang dilakukan puteri adalah membimbing dan memberi penjelasan tentang ketaatan memberi wua sarah (semacam upeti/pajak) kepada penguasa yang disesuaikan dengan ketentuan yang ada.
Daerah peninjauan puteri Mayang Sari :
-  Daerah Timur yakni Uwei, Jangkung dan Waruken dan sekitarnya lalu kembali ke Sangarasi melewati Hadiwalang melalui Mun’nan.
-  Daerah barat yakni Tangkan, Sarabon, Beto dan Dayu lalu kembali ke Sangarasi melewati Patai, Harara, Murungkliwen
Puteri Mayang Sari memberlakukan sistem pemerintahan ‘Mantir Epat Pangulu Isa ‘ untuk mengatur warganya, serta mempunyai seorang Dam’mang selaku kepala adat.

Setelah seharian  menempuh perjalanan, seperti biasa Puteri Mayang Sari duduk diserambi depan tempat tinggalnya.  Saat menikmati istirahat melintaslah serombongan burung sejenis burung betet diatas kepala puteri lalu bersamaan dengan itu jatuhlah kembang kamboja berwarna kuning dipangkuannya. Dengan rasa penuh heran dan kaget dipungutlah bunga kamboja itu lalu diselipkan pada rambutnya yang panjang terurai sebagai hiasan. Keesokkan harinya puteri Mayang Sari jatuh sakit dan tiga hari kemudian puteri meninggal yakni pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 1615 atau Sa’ban 1024 H; dalam hitungan Ma’anyan ‘Wulan Katiga Paras Kanjang Minau’.
Puteri Mayang Sari lahir di keraton peristirahatan di Kayu Tangi yakni pada Rabu tanggal 13 Juni 1585 atau 6 Jumadil Awal 993 H ; dalam hitungan Ma’anyan ‘Wulan Kasawalas Paras Kanjang Mam’mai’.

Dilanjutkan dengan
SEJARAH LAWANGAN BAGIAN I - SEJARAH SEBELUM ADANYA LANGIT DAN BUMI