kata-kata mutiara

Presiden Soekarno mengatakan :
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah!"
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya"

Presiden John Fitzgerald Kennedy mengatakan :
"Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu."

Sabtu, 24 September 2011

URIA LAN'NA MENUNTUT BALAS ATAS KEMATIAN URIA RIN'NYAN


Untuk menjaga keutuhan kepemimpinan didaerah Lasi-Muda dan sekitarnya setelah mendengar berita duka tentang Uria Rin'nyan, maka diangkatlah Dam'mong Balle sebagai pemimpin. Kemudian Lasi-Muda berubah namanya menjadi Dayu.

Dam'mong Balle lalu mengumpulkan sanak keluarga korban tragedi itu utnuk mempersiapkan upacara kematian, yaitu Mi'a dan Ngadaton.

Setelah upacara kematian selesai diadakan, maka berangkatlah Uria Lan'na ke Bandar Maseh untuk menuntut balas kematian adiknya. Perginya Uria Lan'na ke Bandar Maseh dengan melewati sungai Sirau, terus mengikuti aliran sungai Barito untuk selanjutnya ke arah Bandar Maseh. Dalam keadaan tertidur karena hari sudah malam Uria Lan'na terbawa arus pasang naik, sehingga perahu yang ditumpanginya masuk sungai Tabalong dan tiba didaerah Negara. Dalam perjalanan tersebut Uria Lan'na membawa 100 batang alu yang sudah dipakai untuk menumbuk padi, serta sebuah mandau yang dinamakan Lansar Tewo Mea. Kedatangan Uria Lan'na pada waktu pagi hari berikutnya membuat kegemparan serta kepanikan penduduk Negara yang dikiranya adalah kota Bandar Maseh.

Setelah mendengar kedatangan Uria Lan'na di kota Negara dan sekitarnya kemudian melebar menuju Bandar Maseh maka datanglah utusan Sultan untuk minta berdamai. Sultan Suriansyah berjanji akan mengganti nyawa Uria Rin'nyan dengan syarat tidak lagi melakukan aksi diberbagai daerah. Tawaran tersebut diterima dengan senang hati oleh Uria Lan'na, asal janji itu tidak hanya kata-kata belaka.

Aksi yang dilakukan oleh Uria Lan'na dapat dihentikan oleh Sultan dengan memberikan puterinya sendiri, yaitu Puteri Mayang Sari dari hasil perkawinan dengan isteri yang kedua yaitu Puteri Norhayati.

Kemudian kesepakatan damai dilakukan oleh Sultan terhadap Uria Lan'na dengan cara pembayaran semua hukum adat orang-orang Ma'anyan yang dinamakan Bayar Adat Bali. Penyerahan Puteri Mayang Sari oleh Sultan dengan syarat bahwa antara Uria Lan'na tidak boleh mengawini puterinya karena mereka berdua adalah bersaudara yang satu darah dan keturunan yang telah disyahkan secara adat Ma'anyan.

Sesudah penyerahan Puteri Mayang Sari oleh Sultan Suriansyah, nama Uria Lan'na berubah menjadi Uria Mapas lebih populer dengan nama 'Uria Mapas Negara' (penamaan 'Mapas Negara' karena aksi awal Uria Lan'na memapas daerah Negara).

Kisah selanjutnya adalah Puteri Mayang Sari di Sangarasi


Tidak ada komentar: