kata-kata mutiara

Presiden Soekarno mengatakan :
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah!"
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya"

Presiden John Fitzgerald Kennedy mengatakan :
"Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu."

Sabtu, 21 Agustus 2010

Kepercayaan Orang Maanyan

Banyak orang luar sering mengatakan, bahwa kepercayaan suku-suku asli di Kalimantan secara umum adalah Animisme, magis religius, spiritisme dan lain sebagainya. Secara khusus terdapat di wilayah Kalimantan Tengah ada lagi sebutan dengan istilah Kaharingan. Sebutan diatas ditujukan kepada anggota masyarakat yang belum memeluk agama seperti Islam, Kristen, Katholik, Budha dan lainnya.
Semua yang diuraikan diatas tadi hanya praduga yang belum jelas kebenarannya, akan tetapi semua istilah tadi merupakan katalisasi sebutan kepada anggota masyrakat yang belum memeluk salah satu dari agama-agama yang disebut diatas. Secara umum orang Maanyan belum percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti kepercayaan agama-agama lainnya, yang bersifat monotisme. Orang Maanyan memiliki roh-roh yang mempunyai kekuatan menghidupkan. Roh-roh tersebut dikaitkan kepada benda-benda yang mempunyai kekuatan untuk memberikan penghidupan kepada mereka. Roh-roh yang biasa mereka sembah itu terdapat dibeberapa tempat, ada yang tinggal di pohon kayu yang disebut dengan Illah Panungkulan dan yang didalam rumah disebut Pangintuhu. Roh-roh itu bisa dari roh para leluhur yang kembali ke dunia atas ijin Yang Maha Kuasa, atau roh lainnya yang semuanya datang dari mimpi. Baik roh yang ada didalam rumah yang disebut Pangintuhu maupun roh yang ada dipohon kayu yang disebut Illah Panungkulan dapat memberi kekuatan serta rejeki kepada mereka. Roh-roh yang mereka yakini itu biasanya diberi sesajen dengan istilah Miwit-Allah. Upacara memberi sesajen kepada Illah-Illah itu biasanya dilakukan dengan mempergunakan seorang Wadian Dadas, Wadian Diwa dan Wadian Dusun. Adapun sesajen yang disajikan itu biasanya dari daging hewan korban yang dipanggang serta darahnya yang masih segar, nasi yang dimasak didalam bambu dan nasi ketupat, ditambah beberpa kue-kue . Sesajen itu merupakan terima kasih mereka atas bimbingan serta perlindungan yang dilakukan selama ini. Apa yang diuraikan diatas tadi merupakan bagian terkecil dari kepercayaan orang Maanyan dalam memberikan sesajen kepada roh-roh pelindung mereka yang dinamakan Hiyang Piumbung Jaya Pikuluwi.
Dalam uraian selanjutnya akan dijelaskan kemana roh-roh orang yang telah meninggal itu berada sesudah diadakan upacara adat maupun yang belum menurut kepercayaan orang Maanyan. Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka menurut kepercayaan mereka rohnya harus diadakan upacara adat kematian agar roh tersebut dapat masuk ke Dato Tonnyo'ng Gahamari atau sorga loka. Upacara adat kematian itu diadakan untuk mengantar roh tadi sampai ditempat yang dituju yaitu Watang Wato Langkok yang dijaga oleh nenek tua yang mereka sebut Itak Barungkaian Munte.
Nenek tua inilah yang menentukan tempat para roh orang yang telah meninggal itu, sesuai dengan tingkat upacara adat kematian yang telah diadakan oleh keluarganya. Apabila roh orang yang telah meninggal itu diadakan upacara kematian dengan tingkat yang tinggi dan lengkap, maka rohnya akan mendapat tempat yang baik di Dato Tonyo'ng Gahamari, yaitu ditengah-tengah pusat keramain denagn tirai yang bertaburan emas permata. Untuk upacara kematian yang tingkatnya lebih rendah maka rohnya akan berada diluar dari pusat keramaian tadi. Oleh sebab itu setiap orang Maanyan yang telah meninggal dunia terutama kalau yang bersangkutan dari kalangan orang yang berkedudukan di masyarakat, maka seluruh kerabatnya atau kaum keluarganya berusaha agar rohnya dapat diadakan upacara dengan tingkat yang tinggi. Kalau tidak diadakan upacara adat, maka roh orang yang telah meninggal itu belum sampai ketempat yang dijanjikan, sehingga setiap keluarga Maanyan berusaha mengadakan upacara kematian sekalipun dalam tingkat yang paling rendah, misalnya Pakan Tulakan.
Sedangkan upacara kematian yang paling tinggi dan lengkap ialah Ngadaton. Untuk membimbing roh orang yang telah meninggal itu untuk sampai ditempat yang telah dijanjikan memerlukan Diki-Hoyong atau mantera-mantera yang dibawa oleh seorang Wadian-Matei. Cara Wadian-Matei membimbing roh itu, ialah dengan memegang sejenis pisau yang diberi lukisan putih dari kapur sirih, berbentuk kelokan dari pangkal kepala hingga keujung pisau dikedua sisinya, yang disebut Luwuk-Pitutui. Roh-roh orang yang telah meninggal dalam masyarakat Maanyan disebut Adi'au. Dan Adi'au inilah yang harus dibimbing oleh Wadian-Matei untuk sampai ke Dato Tonyo'ng Gahamari. Orang Maanyan tidak mengenal ada tempat lain setelah kematian, kecuali Dato Tonyo'ng Gahamari, istilah neraka atau tempat yang kurang sempurna tidak dikenal. Walaupun dosa yang diperbuatnya didunia sangat besar, namun rohnya dapat masuk ke tempat yang suci itu, asal diadakan upacara adat kematian yang sempurna serta lengkap. Karena dosa didunia sudah dibayar dengan hukum dunia yang disebut hukum adat Tiba-Welom. kadang-kadang pembayaran hukum adat Tiba-Welom itu belum cukup dipandang oleh Hiyang-Piumbung Jaya Pikuluwi, sehingga ketika rohnya diantar oleh Wadian-Matei lewat mantera-manteranya banyak yang salah pengucapannya. Kalau terjadi hal yang demikian maka Wadian-matei tadi harus menabur beras kuning dang mengulangi pengucapan-pengucapan matera-manteranya sampai benar. Beras kuning dianggap oleh roh orang yang sudah meninggal
atau Adi'au adalah butiran-butiran emas. Sesajen yang lengkap serta penaburan beras kuning ketika pengucapan mantera-manteran oleh Wadian-Matei tadi akan mengampuni segala dosa-dosa yang telah diperbuatnya didunia.
Kegiatan upacara yang diuraikan diatas, tidak hanya dilakukan oleh orang Maanyan yang berada di Kampung Sapuluh, Paju Epat dan Banua Lima tetapi juga diadakn oleh orang Lawangan dan orang Dusun Deah dan suku-suku lainnya yang masih percaya kepada roh nenek moyang, dari dulu hingga sekarang. Perbedaanya terletak pada tempat roh-roh atau Adi'au tiu berada. Bagi golongan masyarakat Kampung Sapuluh dan Banua Lima dinamakan Dato Tonyo'ng Gahamari, bagi golongan masyarakat Paju Epat dinamakan Lewu Amas, bagi orang Lawangan dan Dusun Deah dinamakan Lumut Toro Tontong sebagai tempat yang suci bagi roh yang telah meninggal dunia. Kalau dilihat secara tidak langsung penghidupan dan kehidupan orang-orang Maanyan secara umum, mereka diliputi oleh kegiatan yang berupa upacara keagamaan yang mesti mereka lakukan untuk mendapat kekuatan dan rejeki, sebagai penunjang kehidupan mereka. Upacara adat mereka lakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, serta dilakukan dengan segala ketulusan hati, karena hal ini merupakan tradisi yang menjadi kebudayaan mereka. Maka tidak mengherankan kalau dikalangan orang Maanyan banyak dijumpai tempat-tempat yang suci dan keramat, yang dianggap memiliki kekuatan gaib serta menjadi tempat pemujaan oleh mereka baik secara umum maupun pribadi. Gejala yang diutarakan diatas nerupakan gejala herofani yang dialami oleh masyarakat Maanyan. Hal itu merupakan kepercayaan yang dialami oleh mereka yang masih percaya kepada kekuatan gaib serta tempat-tempat sakral.
Hal demikian merupakan cara yang primitif kalau dilihat dari segi agama-agama yang dianut oleh masyarakat maju sekarang. Adanya sesuatu yang dapat diperoleh setelah adanya kematian yang berupa kemenangan yang sempurna ditempat yang paling suci menurut anggapan mereka yang masih bertahan dengan kepercayaan lama.


Tidak ada komentar: